Hari Selasa, tepatnya tanggal 13
November 2018 adalah hari yang cukup penting bagiku. Hari ini hari di mana aku
harus mengadu nasib. Sebuah kepasrahan penuh aku serahkan kepada Allah. Tentang
takdir yang akan aku jalani nantinya. Yes, alright! Hari ini adalah
jadwalku mengikuti ujian SKD dengan sistem CAT. Aku mendapat jadwal sesi 4
yaitu pukul 1 siang. Pagi-pagi ibuku sudah berpesan untuk berangkat lebih awal
daripada nanti kemrungsung. Akhirnya aku berangkat dari rumah pukul 10.30. Aku
mampir ke warung membeli jajanan pasar buat bekal. Hehe biasalah aku orangnya
laperan kalo grogi. :D Setelah membeli bekal makanan, aku mampir ke rentalan mencetak
kartu peserta CAT untuk cadangan karena sebenarnya aku sudah mempersiapkan
sejak lama kartu peserta ujiannya.
Perjalanan menuju lokasi tes sekitar
satu jam. Aku sampai di lokasi tes sekitar pukul 10.48WIB. Sampai di parkiran
bertemu peserta ujian juga, tapi beliau ternyata ikut yang sesi 3, yakni jam
11. Beliau menanyaiku,”Mau ujian juga mbak?” “Iya mbak,” jawabku sambil
tersenyum. “Jam 11?” tanyanya lagi. “Bukan mbak. Saya jam 1 siang,” jawabku.
Tanpa menyapa lagi mbaknya langsung meninggalkanku. Hemmmmm.... Rasanya seperti
orang hilang. Datang sendirian, pas ketemu orang malah langsung ditinggal
pergi.
Akhirnya aku menuju dua
mbak-mbak yang sedang duduk di bawah pohon. Yang satu terlihat memakai baju
putih hitam dan membawa kartu. Aku pun bertanya,”Mbak, ini nanti prosedurnya
bagaimana?” “Nanti disuruh duduk situ mbak. Mbaknya sesi berapa?” beliau menanggapi
pertanyaanku. “Sesi 4 mbak. Mbaknya?” jawabku. “Sesi 4 masih nanti mbak. Ini
baru sesi 3 belum selesai,” jawabnya agak menampilkan muka sinis. “Astaghfirullahal
‘adzim. Aku harus lebih sabar. Nggak boleh sakit hati. Ya Allah,
loloskanlah hamba-Mu ini,” kataku dalam hati menghibur diri sendiri. Akhirnya mbaknya
yang satunya yang sedang menunggu kakaknya mengajak ku ngobrol. Alhamdulillah. :)
Langit mulai gerimis dan akupun
mengambil mantrol di motor. Aku langsung menuju mushola karena hampir mendekati
adzan Dhuhur. Di serambi mushola aku bertemu dua mbak2 yang juga peserta ujian.
Mbak2 yang ini lebih ramah dan ternyata ada satu orang yang orang Bantul juga. Setelah
ngobrol sebentar aku berniat wudhu, ternyata air mushola habis. Aku bersama
satu temanku yang baru kukenal tadi akhirnya memutuskan untuk berwudhu di
toilet yang agak jauh dari mushola. Daaaaan selesai kami
berwudhu.......Breeeees! Hujan sangat deras. Antara bersyukur dan bingung.
Bersyukur karena doa di waktu hujan insyaallah mustajab dan semoga Allah
menurunkan hujan yang membawa manfaat dan berkah. Bingung karena kami tidak
membawa payung untuk kembali ke mushola. Kami menunggu sebentar. Namun karena
hujan tak kunjung reda, kami pun menerobos hujan basah kuyup menuju mushola. Bersyukur
kartu peserta dimasukkan plastik di dalam map.
Setelah sholat Dhuhur, aku pun memperbanyak
berdoa dan bersholawat. Aku meyakini bahwa takdir itu yang menentukan Allah dan
jika Allah berkehendak, tidak ada yang tidak mungkin akan terjadi. Namun jika
Allah belum berkehendak, kita pun tidak bisa memaksakan. Kita harus belajar
ikhlas dalam menerima takdir. Dengan penuh kepasrahan aku dan temanku pun
menuju kursi yang telah disiapkan untuk mengantri registrasi.
Alhamdulillah aku mendapatkan
antrian awal. Selesai registrasi aku dan temanku menitipkan tas. Kemudian kami
duduk di kursi tunggu di pendapa gedung. Tak henti-henti aku membaca doa, Al
Fatihah dan Sholawat. Aku meyakini Allah pasti akan mengabulkan doa-doaku yang
penuh pasrah dan harap ini. Karena menunggu lama, aku pun tertidur di kursi
dalam keadaan duduk. Badanku keringat dingin. Kepalaku sakit dan berat. Masuk
angin karena kehujanan. Aku pun terbangun dan tak lama kemudian pintu ruangan
di buka. Petugas melambaikan tangan sambil tersenyum menyambut kami. Kami pun
di cek tubuhnya dan dipersilakan masuk.
Aku menempati komputer di
barisan paling depan. Alhamdulillah, bisa mendengarkan instruksi dan
menonton video dengan jelas. Setelah menonton video, kami dipandu petugas untuk
mengisi identitas dan PIN. Lama loading, daaaan ternyata PIN yang
diberikan petugas salah! Aku mulai panik dan sudah melambaikan tangan
berkali-kali. Akhirnya petugas menghampiriku membantuku mengonfirmasi PIN-ku. Aku
berusaha menenangkan diriku dan akhirnya petugas kembali dengan PIN yang salah
satu angka tadi.
Alhamdulillah akhirnya
bisa login juga. Aku mengerjakan dengan hati-hati dan seksama. Soal-soal
yang masih ragu-ragu aku lompati dan mengerjakan soal yang mudah terlebih
dahulu. Waktu terus bergulir. Hingga tiba saatnya waktu tersisa kurang dari 10
menit. Masih banyak soal yang belum kukerjakan. Pada sisa waktu 4 menitan,
alhamdulillah aku selesai mengerjakan nomor soal 100 waktu yang tersisa aku
gunakan untuk menjawab soal yang belum terjawab. Terutama soal TWK. Kulirik
sebelah kanan kiriku semua nomor soal sudah berwarna hijau dan sudah ada yang
meng-klik “selesai ujian”. Sedangkan aku masih bekutik dengan soal-soal TWK
dengan sambil menenangkan diriku. Akhirnya di sisa waktu 3 detik aku klik “Selesai
ujian”. Kakiku bergetar, tanganku dingin dan aku tak lagi menyadari bahwa aku
sudah selesai ujian. Aku terbengong tidak fokus pada hasil yang aku kira aku
bakalan tidak mencapai Passing Grade. Aku tersadar saat sebelah kiri
kanan ku mengucapkan,”Mbak kamu lolos. Selamat ya mbak.” “Eh, aku lolos? Iyakah?”
tanyaku seakan tidak percaya. “Iya mbak itu,” jawabnya. “Alhamdulillah Ya
Allah,” aku pun mengucap syukur. Kakiku masih bergetar dan teman-temanku
yang baru ku kenal tadi mengucapkan “Selamat ya Mbak.” Aku pun minta doa semoga
bisa ikut SKB-nya.
Sekarang aku hanya bisa semakin
pasrah dan minta doa2 terutama ibu bapakku. Aku serahkan semua kepada Allah.
Jika menjadi CPNS adalah baik bagiku untuk agamaku, untuk dunia dan akhiratku semoga
Allah berikan kemudahan jalan menuju ke sana. Namun, jika menjadi CPNS adalah
buruk bagiku, semoga Allah memberikan jalan rezeki lain yang lebih baik untuk
dunia dan akhiratku. Ibuku selalu mengingatkan, “Yakin sama Gusti Allah. Sing
maringi ki Gusti Allah. Le nyuwun karo Gusti Allah wae. Sing Kuasa Gusti Allah.
Sing penting yakin. Usaha lan Doa.” So, sekarang aku hanya bisa pasrah dan terus
berdoa semoga diberikan takdir yang terbaik. Apapun nanti hasilnya harus bisa
menerima dengan lapang dada.
Begitulah pengalamanku mengikuti
ujian tahap SKD dengan sistem CAT. Mohon doanya teman-teman semoga Allah
memberikan takdir yang terbaik untuk kebaikan kehidupanku di dunia dan akhirat.
Aamiin.