Tuesday 2 April 2019

Seminar Online Bersama Ummi Nunung dan Bunda Galuh

💕
Bismillah..
Assalamualaykum, Ayah dan Bunda yg dirahmati oleh Allah..
Alhamdulillah, senang sekali rasanya Umi bisa hadir kembali berbagi bersama Ayah dan Bunda sekalian..

Di kesempatan kali ini, Umi akan menceritakan pengalaman Umi dlm membina rumah tangga yg Masya Allah, sudah Allah kasih umur 29 tahun ini..
Semoga kisah Umi dan Abi bisa menjadi pembelajaran bagi Ayah dan Bunda sekalian..

💕💕
Yang namanya sebuah pernikahan, pasti ada saja ujiannya..

Ada yg diuji dengan suami/istrinya
Ada yg diuji dengan mertuanya
Ada yg diuji dengan tidak kunjung memiliki momongan
Ada yg diuji dengan anaknya
Ada yg diuji dengan orang ketiga
Dan masih banyak lagi ujian2 yg datang dalam pernikahan..

Yg harus digarisbawahi adalah, *ujian dalam pernikahan adalah hal yg WAJAR*.
Mengapa?
Karena Syaithan punya tugas khusus utk memisahkan pasangan suami-istri, dan membuat mereka tidak mau berada dalam ikatan halal pernikahan.

Jadi wajar saja jika syaithan melakukan berbagai macam cara utk merusak sebuah pernikahan.
Nah, tugas kita adalah: *Jangan sampai Kalah*

💕💕💕
Abi dan Umi menikah di umur yg masih sangat muda utk ukuran waktu itu. Abi 22 tahun, Umi 21 tahun. Masih sama-sama kuliah di salah satu Perguruan Tinggi di Yogyakarta.

Umi, anak kesayangan bapak dan ibu yg selalu dimanja, mendadak harus menghadapi sebuah kehidupan yg berbeda 180° dr kehidupan yg selama ini Umi jalani.
Abi yg belum memiliki pekerjaan tetap.
Masih membayar SPP utk kuliah. Rumah yg harus ngontrak setiap tahunnya (bahkan, belum sempat unboxing semua barang2, kami sudah harus pindah lagi). Dan Masya Allah, kehamilan hampir di setiap tahunnya 😅.
Sampai, setiap kali ibu mertua saya telpon dr Jakarta "Sudah pasang KB belum?" karena khawatir bertambahnya anak2 kami, Umi cuma bisa langsung menyerahkan telpon kepada Abi, biar Abi yg jawab. Wah, menegangkan. Hihihi

Bayangan indah sebuah pernikahan, harus Umi dan Abi awali dengan penuh perjuangan. Sempat kaget, tp alhamdulillah, jika bersanding dg orang yg mencintai kita (dan mencintai Allah tentunya), pasti akan terasa ringan. Malah cenderung heroik ya 💪😄

 ðŸ’•ðŸ’•ðŸ’•ðŸ’•
Abi dan Umi berkomitmen utk menjadi *pasangan suami istri yang pembelajar*. Dengan situasi yg serba baru dan mengejutkan di awal pernikahan, kami memandang bahwa ini semua adalah cara Allah utk mendewasakan dan menguatkan kami.

Bila tidak ada uang, Abi dan Umi berikhtiar dgn banyak cara: 
Banyak berdoa, dzikir, dan sebagai ikhtiar kami, kami berjualan. Apa saja. 

Jualan buku, jualan lapis jok mobil, jualan kertas bekas, jahit jilbab lalu dijual sendiri, yg pd akhirnya modal nya habis utk biaya kebutuhan sehari-hari. Bahkan, Abi sampai bersepeda dari Bantul-RS Sarjito hanya utk bekerja sebagai penjaga Toko Buku 😄

Hebatnya, Abi dan Umi *tidak merasa itu sebuah nasib yang sulit*. Justru kami merasakan ini sebuah *tantangan* bagaimana kami akan terus bertahan dengan cara kami.
Tidak meminta kepada orangtua, apalagi mertua. Dan Allah membuka jalan kehidupan babak baru dlm kehidupan kami. 

Satu persatu dibuka:
Anak anak yang sehat, anak anak yg mudah di arahkan kepada kebaikan, anak anak yg mudah bersabar dgn segala keadaan, itu pemberian Allah yang luar biasa pada Umi dan Abi 😇

💕💕💕💕💕
Umi yakin, setiap keluarga pasti punya kisah kehidupan yang berbeda-beda. Menjemput masa depan keluarga pun dg cara yg berbeda-beda.

Umi dan Abi memilih cara *membentuk kelurga dakwah* sebagai cara menjemput masa depan kami. Dakwah, berbagi kebaikan, menjadi nafas keluarga kami.
Anak anak sudah dilibatkan dengan kegiatan dakwah sejak mereka masih dalam kandungan. Bergerak menyampaikan kebaikan dan menyampaikan tentang nilai nilai keislaman.

Hidup berkeluarga dengan dakwah sbg bingkainya adalah *pilihan sadar* Umi dan Abi. Semua perjalanan kehidupan keluarga, kami isi dgn nilai nilai dakwah.

Melakukan *dengan sadar* kewajiban2 suami ke istri dan sebaliknya , mendidik anak secara islami, mengajarkan ibadah sholat, puasa, zakat, masalah halal haram, sampai semangat utk menjadi anak anak yg pintar sholih dan sholihah.

Dengan kerangka dakwah, berbagi kebaikan dan kebermanfaatan, Insya Allah perjalanan pernikahan akan semakin mudah dan barokah 💕

 ðŸ’•ðŸ’•ðŸ’•ðŸ’•ðŸ’•ðŸ’•
Jika ditanya, apa sih tips Umi dan Abi bisa melewati masa pernikahan hingga sampai 29 tahun (dan semoga bersama hingga syurga, Allahumma Aamiin)?
Kurang lebih begini:

Kiat kiatnya:
*1. Terus berdakwah dan terlibat dlm kegiatan dakwah*
Umi percaya, ketika Umi memudahkan orang2 lain belajar tentang agama Allah, maka Allah akan menjaga Umi dan keluarga Umi. Begitulah Allah sudah berjanji, dan Umi percaya 100% dengan janji Allah.

*2. Menjaga Amalan Ibadah harian*
Ibaratnya, inilah bahan bakar Umi dan Abi menjalani kehidupan bersama. Semakin dekat Umi dan Abi pada Allah, maka semakin dekat dan rukun hubungan kami berdua dan keluarga 😉

*3. Banyak ber sedekah*
Umi membiasakan diri dan anak2 Umi, jika mampir sholat di masjid, masukkan infaq ke kotak. Seberapapun yg kita punya.
Kalau butuh sesuatu, beli di tetangga atau teman. Tidak usah pakai menawar.
Dan lain sebagainya.

*4. Memudahkan urusan orang lain*
Barangsiapa memudahkan urusan orang lain, maka Allah akan memudahkan urusan kita..

*5. Menjalin Silaturahim*
Menjaga hubungan baik dg orangtua,  mertua, keluarga, dan teman. Terutama ustadz dan para orang orang yg sudah berhasil membangun keluarga hebat.

*6. Membangun Komunikasi yg baik*
Komunikasi harus saling. Dua arah.
Artinya bisa saling menahan diri.
Saling memahami gaya komunikasi pasangan. Jadi kadang istri yang mengalah atau sebalikany suami yg mengalah.
Prinsipnya adalah, bagaimana caranya agar masalah terselesaikan tanpa meninggalkan rasa sakit hati dalam diri kita dan juga pasangan.

*7. Bersabar dengan ketentuan Allah.*
Apa-apa yg Allah berikan kepada kita, entah itu berupa nikmat ataupun ujian, adalah hal yg terbaik untuk kita. Terima dan bersabar, berlapang dada.
Semoga Allah memudahkan semua urusan kita, dan menjaga biduk pernikahan kita semua..

💕💕💕💕💕💕💕
Masya Allah, Umi bersyukur sekali diberikan kesempatan oleh Allah utk berbagi hari ini.

Semoga apa yg Umi sampaikan, bisa menjadi cambuk penyemangat untuk terus berusaha menjaga dan menghidupkan pernikahan Ayah dan Bunda sekalian. Agar tidak hanya bersama pasangan di dunia, tapi juga di syurga-nya Allah kelak.

Semoga Allah terus melimpahkan sakinah, mawaddah, dan rahmah-Nya kepada keluarga Ayah dan Bunda semua.
Allahumma Aamiin..