Thursday 19 July 2018

Surat Cinta dari Anak-anakku 😍









Siang ini selepas Sholat Dhuhur di sekolah, ada seorang anak yang mendekatiku. "Bu Tiyaas" Panggilnya.
Kebetulan aku ingin bertanya kepadanya. Kebetulan sedang mencari siswa yang kira2 mampu untuk mewakili lomba MTQ di tingkat Kecamatan. Kutanya padanya,"Aul temanmu ada yang hafal Juz 'Amma nggak?"
Diapun menjawab,"Aku hafal Bu." Hatiku sumringah. Tapi, yang kucari adalah siswa laki2.
"Kalau yang laki2 siapa yang sudah hafal Juz 'Amma?" Tanyaku.
"Nggak tahu," jawabnya.
"Ya sudah. Besok biar ibu cari lagi." Aku melihat dia membawa kertas yang kukira sampah. Kutanya,"Itu apa Aul?"
"Kertas. Ini kertas buat Bu Tyas," katanya.
"Kertas apa? Buang di tempat sampah aja," kataku sebab kukira itu kertas sampah.😅
"Nggak. Ini buat Bu Tyas aja,"katanya.
"Apa sih? Surat cinta buat Bu Tyas?"tanyaku.
"Iya surat cinta,"jawabnya. Ia pun pergi. Kupanggil namanya berkali-kali tak mau menengok.
Aku pun membukanya dan membacanya sambil senyum-senyum sendiri. Ada haru, ada bahagia, ada sedih. Campur jadi satu.
Jadi, kemarin ceritanya aku bersikap dan berkata agak tegas kepada siswa kelas 2. Sebenarnya ketegasanku bukan untuk anak yang tadi memberiku surat Cinta. Sebab mereka bertiga termasuk anak yang penurut n pinter di kelasku. Sasaran ketegasanku adalah para siswa laki-laki yang luar biasa butuh perhatian khusus dan butuh penanganan khusus 😂😂😂
Sebab apa-apa yang ada di teori psikologi pendidikan or psikologi perkembangan peserta didik tuh nggak mempan buat nangani anak2 itu..😖
Dan mungkin anak2 yang penurut itu berpikir untuk "menyelamatkan" teman2 nya dan menyenangkan hatiku agar tidak sedih menghadapi kelas mereka dengan memintakan maaf teman-temannya dan menulis surat cinta untuk Bu Tyas tercinta 🙃..💖💖💖
Hati guru mana yang nggak luluh? Siapa pula yang tega kepada anak2 innocent seperti mereka?
Mereka adalah penerus bangsa yang harus dididik tak hanya intelegensi, namun karakter dan akhlaknya juga. Agar kelak mereka paham, menjadi manusia seutuhnya itu tak cukup intelegensi tinggi, tapi juga akhlak dan budi pekerti yang baik...
Meskipun ada rasa kesal kepada anak-anak saat mereka ramai di kelas, saat mereka main-main di luar materi pembelajaran, anak-anak yang tidak memperhatikan nasihat "guru muda" seperti saya, namun kita tak bisa marah pada mereka anak-anak.. Kita hanya perlu TEGAS dan DISIPLIN, demi kebaikan mereka... 😆😊☺🙃

Monday 9 July 2018

Adakah yang aneh dari ucapan "Terima kasih"?



Adakah yang aneh dari ucapan "Terima kasih"?

Pagi ini aku dikejutkan oleh jawaban seseorang saat kuucapkan kata "terima kasih".
Iyaa..Baru kali ini kujumpai jawaban yang seperti itu. Jawaban yang membuat ku bingung dan serba salah.
Ceritanya, pagi ini aku mendapat pujian dari seseorang yang tak perlu kusebut Nama dan detailnya. "Yas, kok kerudungmu bagus?" ucap beliau memuji kerudungku.. Aku hanya senyum dan mengucapkan,"Terima kasih". Ucapan terima kasih bagiku sudah lazim digunakan ketika seseorang dipuji orang lain sebagai bentuk penghormatan bagi yang memuji. Namun, lain hanya dengan mbak yang Satu ini.. Membuat ku serba salah, tapi pingin tertawa karena lucu. Setelah kuucapkan terima kasih pada mbaknya, mbaknya malah menjawab,"Kok terima kasih e? Le sia-sia!" "Duuh mbak. Apanya yang sia2?" kataku dalam hati. Mungkin aku salah jawab.. Mungkin aku harus mengucapkan innalillahi wainnailaihi roji'un. Sebab, pujian sejatinya adalah ujian. Namun , perlu kita pahami bersama bahwa tidak ada yang sia2 selama itu berbuah baik. Termasuk ucapan "terima kasih" .